Jumat, 07 November 2014

MISSING

Pertengahan ramadhan 2014 MCD Bojong sari kota Depok, senja hari menjelang adzan magrib jelas satu hal yang dinanti-nanti terutama bagi umat islam yang berpuasa. Yah, Aku ingat keadaan saat itu yang redup redam, meski masih dimusim kemarau. Belum ada tanda turunnya hujan tapi langit sore berwarna biru gelap dan awan mendung hendak terbentuk.

Januari lalu, masih ditempat yang sama aku mengenalnya "Zahara" panggilanku padanya. Gadis bertubuh mungil dengan jilbab. Wajah bulat telur dan kulit bening putih halus, alis tebal senada hitam pekat warnanya, mata sendu bag cenayang dan akan menyipit saat dia tertawa. Sepasang lesung di kedua belah pipinya yang samar selalu tampak merona. Bibir lembab yang tipis nan lembut, deret gigi yang rapi renggang dengan keempat taringnya yang gingsul kearah depan nampak begitu lucu.

Bukan suatu kebetulan kami bisa saling mengenal, karena memang sudah jadi rencanaku memasuki lingkungan baru saat itu. Awalnya temanku Rasyad lah yang merencanakan pertemuan.

"Aku ada kenalan (mungkin beberapa wanita), mau bertemu nanti sore?" tanya Rasyad padaku suatu pagi di tengah percakapan kami.

"Kalau berkenan mengajakku boleh saja."

"Ohh oke kalau begitu Macdonald, jam empat."

"Oke." itu saja yang kami bicarakan awalnya.

"Kau jangan mengacaukannya kali ini, ada lebih dari dua orang yang datang nanti. Kau tau itu kesempatan bagus untuk memulai suatu hubungan, entah itu pertemanan atau hal lainnya."

Sore harinya kami berangkat ketempat perjanjian. Dengan Honda Vario motor automatic-ku. Setengah jam perjalanan dalam pikiranku menerka-nerka seperti apa wanita yang disebut kenalan oleh Rasyad.

Rabu, 23 April 2014

Link Belajar Membuat Website, PHP, HTML & MySQL

Buat para Blogger atau pengguna segala jenis jaringan internet yang berminat atau punya niat untuk Membuat Website, belajar HTML, belajar MySQL, membuat PHP & belajar komputer

Bisa klick link ini http://prothelon.com/belajar/ khusus untuk pemula, gratis, mudah & lengkap.

Sabtu, 25 Januari 2014

Ada Masa

Tubuhnya sudah renta dimakan usia. Keriput kulit dikulit kaki, dikulit bahu, dikulit pundak dan dikulit-kulit lainnya. Gambaran perjuangan masa silam terpahat disetiap kerut mukanya. Tatapannya telah sayu, tapi semangat masa lalunya belum hilang. Api dimatanya masih menyala, meski tidak segebu dulu. Isarat tubuhnya berkata "aku belum jengah, hidupku masih bisa bermakna."
Disaku kemeja safari hijau yang biasa dikenakannya disisipkan lembar-lembar enau (daun kolang-kaling atau aren) kering, sebungkus kecil remah tembakau dan sekotak korek kayu. Harta pusaka, mungkin.

Daun enau kering dilintingnya seukuran tusuk gigi di isi tembakau disulut api korek sundut, dihisap seleput asap mengepul sedikit, di hembus-hembuskan dan hilang diudara. Lalu diulangi lagi hal serupa berkali-kali.
 
Sedikit ada penasaran, aku coba menanyakan.
"Lagi ngapain, itu apa?"
Dia menoleh sedikit kemudian mencabut itu dari mulutnya seraya memandangi benda ditangannya dia memberi menjawaban.
"Kawung, lu mau tong?"
Hal lumrah seorang yang lebih muda dipanggil entong (untuk laki-laki) atau eneng (untuk perempuan). Itu sedikit perumpamaan orang-orang dulu dan agak lucu kalau didengar saat ini. Tapi aku tidak keberatan,  apalagi jarak usia kami memang terpaut setengah abad lebih.
"Sejenis rokok?"
"Ini kretek bukan rokok... kualitas tinggi!" Tegasnya.
"Cara pakainya?" tanyaku.
"Ya... disundut lalu dihisap" 
Dalam hati aku bertanya, "apa sih bedanya?"

Improvisasi



Penghujan saat ini berada dipuncak musim. Meski sudah terlampau 2 bulan, belum ada tanda akan berakhir. Hujan masih saja turun siang dan malam sedetik berhenti, sedetik kemudian sudah turun lagi. Ibarat enggan hujan datang dan terang silih-berganti, tapi tak jarang titik-titik gerimis menjadi badai. 

Seperti senja kala itu. 

Awal Januari, 2014
Angin Januari, meniup awan kelabu barat daya menuju tenggara. Singgah sesekali dilangit negeri ini. Gayung bersambut mendung menjatuhkan titik air satu-persatu, hanya sekejap kemudian bertambah gila jumlahnya. Gerimis berganti badai, suara gemuruh langit bak genderang raksaksa bimasakti namun tak nampak wujudnya, mungkin tertutup gumpalan awan dengan kilatnya yang sambar-menyambar. Sedangkan si angin ikut menggila, mengaduk-aduk udara menerpa apapun dijalur hembusnya, membawa apa yang bisa dia bawa: air, debu, tanah, rumput dan dedaunan atau sekedar papan reklame yang menancap dibeton.

Jika kita lompati jalan setapak kala itu sudah cukup membuat lepek sampai ke- celana dalam.

Aku berdiri ditengah tanah lapang. Semenjak datang gerimis hingga badai berlalu. Tidak sekalipun aku beranjak.

Wajah-ku, aku tadahkan kelangit. Air hujanpun mengalir ibarat peluh dari kulit kepala, berturut-turut turun lewati garis lekuk mukaku. kemudian menetes jatuh di ujung dagu.

Orang berkata mataku begitu bening, tajam dan penuh selidik namun cerdas dan menawan hati. Guratan dikedua kelopaknya semetris satu setengah centi dibawah alis. Alis yang tidak tebal tidak tipis.

Namun tatapanku sayu tak bersahaja, pandang-ku jauh menyibak awan kelabu, menembus lapis-lapis langit melewati bima sakti. Terus menelaah entah sampai mana? hendak aku raih sesuatu entah itu apa? suatu yang tak terjangkau benakku.

Air muka yang tak lekang kala itu, memberi isarat gundah bagi siapa yang melihat. Seraya aku pendam gejolak batin, ku hujam diri-sendiri dengan banyak tanda tanya. Membawaku kian hanyut dalam diam. Sedangkan otakku menerka-nerka mengapa demikian?

Kabut & Rembulan

Kau tetap pelita dalam gelap dunia. Saat dipandang sebelah mata, tetap kau jaga nyalamu. Biar remang, tiada kenal padam. Kau masih seperti dulu, kukuhnya engkau pertahankan visimu. Walau tak banyak orang mengerti, bahkan tak jarang yang salah menilaimu.
Bagiku engkau adalah rembulan. Cahayamu timbul tenggelam, namun entah mengapa membawa kerinduan. Andai saja kita sepaham, mahabarata pasti dapat tambahan cerita.

Rabu, 26 September 2012

Data Pribadi

  • Jenis kelamin
 Laki-Laki
  • Industri / Lembaga
Pendidikan       
  • Posisi / Jabatan
Mahasiswa
  • Lokasi
Depok - Jawa Barat